English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

METODE TAFSIR AL-QUR’AN

Label:

METODE TAFSIR AL-QUR’AN
by. Muhamad Efendi, S.Sos.I
Kuala Tungkal - Jambi

BAB I
METODE TAFSIR AL-QUR’AN

1. Pengertian.
Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu Methodos yang berarti cara atau jalan, dalam bahasa Indonesia kata tersebut mengandung arti cara yang teratur dan terfikir baik-baik ( dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya). Cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai suatu yang ditentukan, dengan kata lain, metode adalah salah satu sarana yang amat penting untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Ilmu tafsir berarti ilmu yang menerangkan tentang seluk beluk Al-Quran seperti tempat dan masa turunnya, permulaan dan akhir turunnya peristiwa yang berhubungan dengan sebab-sebab turunnya, bagaimana Nabi Muhammad saw ini mengajarkan Al-Qur’an kepada sahabat-sahabatnya. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa metode tafsir bermaksud cara untuk mengkaji ayat-ayat Al-Qur;an secara mendalam sesuai penafsiran para ulama..

2. Macam-macam Metode Tafsir.
A. Metode Tahlily ( Analisis ).
Adalah menafsirkan ayat-ayat Al-Quran dengan memaparkan segala aspek yang terkandung didalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-makna yang tercakup didalamnya sesuai dengan keahlian dan kecendrungan penafsir yang menafsrikan ayat-ayat tersebut, mereka cenderung menafsirkan ayat demi ayat dan surat demi surat sesuai urutan didalam mushaf.
Ditinjau dari segi kecendrungan para penafsir, metode Tahlily dapat dibedakan kepada :
A.1. Al-Tafsir bi al-Ma’tsur.
Adalah penafsiran ayat dengan ayat, penafsiran ayat dengan hadits Nabi saw. Yang menjelaskan makna sebagian ayat yang dirasa sulit dan dipahami oleh para sahabat, atau penafsiran ayat dengan hadits Ijtihad para sahabat, atau penafsiran ayat dengan hasil ijtihad para tabi’in.
Periodesasi perkembangan Al-Tafsir bi al-Ma’tsur ini dua priode atau tahap :
- Periode Lisan atau Periwayatan.
Pada priode ini para sahabat menukil atau mengambil penafsiran dari Rosulullah saw, atau oleh para sahabat dari sahabat, atau oleh tabi’in dari sahabat, dengan cara penukilan yang dapat dipercaya, teliti, dan memperhatikan jalan periwayatannya.
- Periode Tadwin atau Penulisan.
Pada priode ini, yang proses penukilannya pada periode pertama dicatat dan dikodifikasikan, pada mulanya kodifikasi tersebut dimuat didalam kitab-kitab hadits. Setelah tafsir resmi menjadi disiplin ilmu yang otonom, maka ditulis dan terbitlah karya-karya tafsir yang secara khusus memuat tafsir bi al-Ma’tsur lengkap dengan jalan sanad sampai kepada Nabi saw, kepada para sahabat, tabi’in, dan tabi’it tabi’in.


A.2. Al-Tafsir bi al-Ra’yi.
Adalah penafsiran Al-Quran dengan ijtihad terutama setelah penafsir itu betul-betul mengetahui perihal bahasa arab, asbabun nuzul, nasikh, mansukh, dan hal-hal lain yang diperlukan oleh lazimnya seorang penafsir. Corak tafsir bi al-Ra’yi ini ada yang diterima dan ada yang ditolak.
Apabila seorang penafsir menjauhi larangan, dan niatnya ikhlas semata-mata karena Allah serta untuk mendekatkan diri kepada-Nya maka tafsir dan ide-idenya dapat diterima. Jika tidak, dalam artian tidak menghindari larangan tersebut maka ia dipandang sebagai pencipta bid’ah tafsirnya tercela dan harus ditolak.
A.3. Al-Tafsir al-Shufy.
Dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
- Tasawuf Teoritis.
Para penganut aliran ini mencoba meneliti dan mengkaji Al-Quran berdasarkan teori-teori mazhab dan sesuai dengan ajaran-ajaran mereka.
- Tasawuf Praktis.
Para tokoh aliran ini menamakan tafsir mereka dengan al-tafsir al-Isyah yaitu menta’wil ayat-ayat, berbeda dengan arti zahirnya berdasar isyarat-isyarat tersembunyi yang hanya tampak jelas oleh para pemimpin suluk, namun tetap di kompromikan dengan arti zahir yang dimaksudkan.
A.4. Al-Tafsir al-Fiqhi.
Pada tafsir ini banyak muncul masalah-masalah baru yang belum ada ketentuan hukumnya dari ulama terdahulu, karena hal tersebut belum pernah terjadi dizaman mereka. Maka para imam dizaman ini terpaksa harus memecahkan persoalan baru tersebut langsung merujuk kepada Al-Quran dan Al-Sunnah serta sumber hukum lainnya, hukum yang dirasa kuat menurut nalar mereka dan menyakininya sebagai hukum yang benar yang didukung oleh dalil-dalil dan bukti-bukti.
A.5. Al-Tafsir al-Falsafy.
Berbagai sumber pembendaharaan ilmu yang digali, dan aneka macam pustaka diterjemahkan, termasuk buku buku filsafat karya para filosof yunani.
Tokoh-tokoh islam yang membaca buku-buku filsafat tersebut terbagi kepada dua golongan, yaitu :
- Golongan yang menolak filsafat.
Karena mereka menemukan adanya pertentangan antara filsafat dan agama. Kelompok ini secara radikal menentang filsafat dan berupaya menjauhkan umat darinya. Tokoh pelopor ini adalah al-imam al ghazali dan al-fakral Razi.
- Golongan yang mengagumi dan menerima filsafat.
Meskipun di dalamnya terdapat ide-ide yang bertentangan dengan nash-nash syara’, kelompok ini berupaya mengkompromikan atau mencari titik temu antara filsafat dan agama serta berusaha untuk menyingkirkan segala pertentangan.
A.6. Al-Tafsir al-Ilmi.
Ajakan al-qur’an adalah ajakan ilmiah, yang berdiri di atas prinsip pembebasan akal dari tahayul dan kemerdekaan berpikir. Al-qur’an menyuruh umat manusia untuk memperhatikan alam.
- sikap sebagian ulama terhadap tafsir ilmi.
Ada banyak faktor yang menyebabkan sebagian ulama bersikap keras menolak al tafsir al-ilmi ini, di antaranya yang terpenting, demikian menurut al ustad Ahmad Hanafi, adalah warisan akidah yang berakar kuat di dalam benak umat bahwa al-qur’an itu semata-mata sebagian petunjuk dan penuntun bagi kehidupan manusia, tidak hubungannya dengan prinsip dan teori lmu alam.
- Pembahasan al tafsir al-ilmi.
Meskipun terdapat berbagai kendala dan rintangan serta tantanga, nampaknya masih ada tokoh ulama yang kontemporer yang berniat melakukan kajian al-tafsir al-ilmi untuk menyikap makna ayat-ayat kawniyah. Tokoh tersebut antara lain:
1. Al-ustad Dr Muhammad Ahmad Al-Ghamrawi di dalam kitabnya sunanullah al-kwaniyah, dia telah mengemukan pembahasan panjang lebar mengenai ayat al-qur’an yang menunjuk kepada masalah metegrogi.
2. Al-ustad Dr Abd Al-Aziz Ismal di dalam karyanya al-Islam wa al-Thib al-hadits, tokoh ini menafsirkan sebagian ayat kauniyah secara ilmiah secara mengungkapkan aspek-aspek kemukzizatannya.
3. Al-Syekh Thantawi Jauhari, melalui kitab tafsirnya yang tebal, beliau telah mengemukakan pembahasan mengenai berbagai macam ilmu yang di isyaratkan oleh ayat-ayat kwaniyah.
4. Al-Marhum Ahmad Mukhtar Al-Ghazi. Di dalam kitab yang di beri judul Rriyad Al-Mukhtar, tokoh ini banyak membahas ayat kwaniyah; pembahasannya terbatas pada sudut pandang salah satu aspek dari sekian banyak ilmu 1 modren.
- Komentar pengarang.
Menurut pengarang buku ini, kajian al-tafsir al-ilmi ini,
1. Termasuk dalam kategori kajian tafsir mawdhu’iy, yang membahas topik atau masalah menarik dewasa ini dan hukum membahasnya adalah sama dengan hukum membahas tafsir mawdhu’iy tersebut.
2. Kajian al-tafsir al-ilmi ini dapat di terima dan di bolehkan, sepanjang tidak memperkosa lafaz-lafaznya, serta tidak memaksa diri secara berlebih-lebihan untuk mengangkat makna-makna ilmiah dari ayat-ayat tersebut.
A.7. Al-Tafsir al-Adabi al-Ijtima’i.
Penafsir metode ini berusaha mengemukakan segi keindahan bahasa dan kemukzizatannya Al-Qur’an, berusaha menjelaskan makna atau maksud yang di tuju oleh Al-Qur’an, berusaha mengungkapkan betapa Al-Qur’an itu mengandung hukum-hukum alam layak dan aturan kemasyarakatan, dan bermaksud membantu memecahkan segala problema yang di hadapi oleh umat Islam khususnya dan manusia umumnya melalui petunjuk dan ajaran Al-Qur’an, suatu petunjuk yang berorientasi kepada kebaikan dunia dan akhirat.

B. Metode Ijmali.
Metode ini bermaksud menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an secara ringkas tetapi mencatat dengan bahasa yang populer, mudah dimengerti dan enak dibaca, susunan ayatnya menuruti susunan ayat-ayat dalam mushaf. Serta gaya bahasanya tidak terlalu jauh dengan gaya bahasa Al-Qur’an sehingga orang yang mendengarkannya seolah-olah masih mendengatkan Al-Qur’an, padahal yang didengar adalah tafsirannya.
C. Metode Muqaran.
Adalah metode yang ditempuh seorang musafir dengan cara mengambil sejumlah ayat Al-Qur’an kemudian mengemukakan penafsiran para ulama tafsir terhadap ayat-ayat tersebut, baik mereka ulama salaf maupun ulama hadits. Kecendrungan mereka adalah berbeda-beda dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an berdasarkan disiplin ilmu yang dipelajari.
Selain itu metode ini mempunyai pengertian dan lapangan yang lebih luas, yaitu membandingkan antara ayat dengan ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang satu masalah atau membandingkan antara ayat-ayat Al-Quran dengan hadits-hadits Rosulullah SAW yang memperkuatkan Al-Quran atau hadits-hadits tersebut.
D. Metode Mawdhu’iy.
Yaitu yang dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran dengan cara mengumpulkan ayat yang mengenai satu madha’/artikel, faktor dengan memperhatikan masa turun dan asbab nuzul ayat, serta dengan mempelajari ayat-ayat tersebut dengan cara cermat dan mendalam. Tafsir ini juga memperhatikan hubungan ayat yang satu dengan ayat yang lain, didalam menunjuk suatu permasalahan, kemudian orang simpulkan masalah yang dibahas dari dilalah ayat-ayat yang ditafsirkan secra terpadu itu.
1. Dua macam bentuk kajian tafsir mawdhu’iy.
 Pembahasan mengenai satu surat secar menyeluruh dan utuh dengan menjelaskan maksudnya yang bersifat umu dan khusus, menjelaskan korelasi antara berbagai masalah yang dikandungnya, sehingga surat itu tampak dalam bentuknya yang betul-betul utuh dan cermat.
 Menghimpun sejumlah ayat dari berbagai surat yang sama-sama membicarakan satu masalah tertentu, ayat-ayat tersebut disusun sedemikian rupa dan diletakkan dibawah satu tema bahasan, dan selanjutnya ditafsirkan secara mawdhu’iy.
2. Contoh masalah.
Ayat-ayat tentang ketuhanan dan akidah tauhid cukup banyak tersebar, baik ditengah-tengah surat Makkiyah dan Madaniyah. Seorang penafsir dapat menghimpun ayat-ayat mengenai ketuhanan dan akidah tauhid ini , dan menyusunnya sesuai dengan metode tematik, lalu menjelaskannya dan menarik kesimpulan makna yang dimaksud yang memperkuat ide atau konsep keesaan, berdasar argumentasi yang jelas dan bukti-bukti pasti, yang memungkinkan bagi seorang penafsir untuk membantah kaum atheis dan tokoh-tokoh skeptis.
3. Sejarah perkembangan tafsir Mawdhu’iy.
Drs. Ali Khalil, didalam komentarnya menegaskan bahwa, “ dengan penafsiranya yang cerdas, Rosulullah telah memberi pelajaran pada sahabat bahwa tindakan menghimpun sejumlah ayat Musytabihat itu dapat memperjelas pokok masalah dan akan melenyapkan keraguan atau kerancuan.
4. Sebab ketidak pedulian masa lalu.
 Metode tafsir mawdhu’iy itu mengarah pada kajian spesialis, yang bertujuan mengkaji satu tema bahasa setelah meneliti dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan tema tersebut.
 Para penafsir jaman dulu belum merasakan penting dan perlunya untuk melakukan kajian topik-topik tetrtentu yang terdapat didalam Al-Quran al-Karim.
5. Sebab kepedulian dan perhatian masa kini.
 Al-Quran sebagai kitab wahyu yang turun kepada Nabi yang paling sempurna adalah mengandung bermacam-macam ilmu bernilai tinggi, sehingga banyak tokoh ilmuan dan para peneliti berupaya mencapai khazanah Al-Quran tersebut.
 Dewasa ini banyak orang-orang non arab baik muslim maupun non muslim yang, dengan semboyan demi ilmu, mempelajari masalah-masalah yang dikandung oleh Al-Quran.
6. Cara kerja metode mawdhu’iy.
Langkah atau cara kerja metode ini adalah :
 Menetapkan masalah yang hendak dikaji.
 Menghimpunkan ayat yang berkaidah dengan masalah tersebut.
 Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya, di sertai dengan masa asbab nuzulnya.
 Memahami korelasi ayat tersebut dalam suratnya masing-masing.
 Menyusun pembahasan dalam rangka yang sempurna.
 Melengkapi pembahasan dengan hadits-hadits yang relevan dengan pokok bahasan.
 Mempelajari ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-ayat yang mempunyai pengertian yang sama.
7. Keberadaan metode Mawdhu’iy ditengah metode lain.
Metode tafsir ini adalah metode tafsir yang paling ideal yang perlu dikenalkan kepada khalayak umum dengan maksud untuk membimbing mereka mengenal macam-macam petunjuk yang dikandung Al-Quran.
8. Perbedaan antara metode mawdhu’iy dengan metode lain.
 Perbedaan antara metode mawdhu’iy dengan metode tahlily, dalam metode tahlily, penafsir lazim terikat kepada runtutan ayat dan surat seperti apa adanya didalam mushab. Sedangkan metode mawdhu’iy ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, setelah dihimpun dan diambil dari suratnya, disusun menurut kronologis masa turunya.
 Perbedaan metode mawdhu’iy dengan metode ijmali’. Penafsir mawdhu’iy bermaksud membahas satu masalah dengan meneliti ayat-ayat yang ada, Makkiyah maupun Madaniyyah tanpa terikat dengan runtutan atau susunan ayat yang ada dalam mushab, sedangkan penafsir ijmali’ tetap terikat dengan susunan ayat seperti yang ada didalam muzhab meskipun ia meneliti ayat-ayat dengan mengungkapkan makna globalnya.
 Perbedaan metode mawdhu’iy dengan metode Muqaran. Metode tafsir mawdhu’iy, bermaksud membahas satu tema masalah, sedangkan metode muqaran berusaha mengemukakan tafsir ayat-ayat Al-Quran yang telah ditulis oleh sejumlah para penafsir.

3. Urgensi mempelajari metode Tafsir.
A. Dapat memahami ayat Al-Quran secara jelas.
B. Membolehkan penafsir untuk menafsirkan ayat Al-Qur’an yang mengungkapkan hal-hal yang masih samar.
C. Sebagai penjelas bagi ayat-ayat Muttasabbyih dan menjelakan makna-maknanya kepada manusia serta mendekatkannya kepada hati sanubari hamba-hambanya.
D. Memberi peluang kepada penafsir untuk menafsirkan ayat Al-Quran mengikat kecerdasan dan daya paham serta menjadikan manusia cinta kepada keimanan sehingga mereka sangat mencintai kitab Allah, tekun membaca dan memahami penafsirannya.




















BAB II
PENUTUP

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayahnya yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan ini.
Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih semoga kita semua selalu alam lindungan-Nya. Amin ….

Comments (0)

Posting Komentar