English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Pembelajaran Membaca Al-Qur'an dengan Metode Qira’ati pada Anak di Taman Kanak-Kanak Islam An-Nisa Yayasan BKMT Kuala Tungkal

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Allah menurunkan al-Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umat manusia. Al-Qur'an merupakan petunjuk kehidupan yang bersifat universal, yang dapat membedakan antara benar dan salah, baik dan buruk, halal dan haram serta sebagai landasan dan pegangan hidup bagi manusia baik secara pribadi, keluarga, masyarakat ataupun bangsa di dunia bahkan di akhirat.
Al-Qur'an adalah kitab Allah yang terakhir, sumber esensi bagi Islam yang pertama dan utama serta kitab kumpulan dari firman-firman Allah SWT. Al-Qur'an merupakan petunjuk jalan yang lurus, yang mengikat, sebagai pedoman hidup yang telah diridhoi Allah untuk para hamba-Nya. Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam surat Al-Israa’ ayat 9:
•            •    

Artinya: “Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mu’min yang mengerjakan amal sholeh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”.

Dalam Islam, membaca merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh umat dan ini merupakan sesuatu yang sangat mendasar. Membaca dipandang sebagai sumber atau kunci ilmu pengetahuan. Membaca merupakan perintah. Dalam al-Qur'an surat al-‘Alaq diawali dengan kata iqra' yang artinya bacalah. Dan perintah membaca ini adalah kata pertama dari wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. Kata ini sedemikian pentingnya sehingga diulang dua kali dalam rangkaian wahyu pertama.
Seorang murid sebelum membaca ayat-ayat al-Qur’an terlebih dahulu berguru dengan seseorang guru yang ahli dalam bidang al-Qur’ansecara langsung. Musyafahah dsari kata syafawiy = bibir, misyafahah = saling bibir-bibiran, artinya kedua murid dan guru harus bertemu langsung, saling melihat gerakan bibir masing-masing pada saat membaca al-Qur’an, karena murid tidakakan dapat membaca secara fashih sesuai dengan makhraj ampa memperlihatkan bibirnya atau mulutnya pada saat membaca al-Qur’an. Dmikian juga murid idak dapat menirukan bacaan yang sempurna tanpa melihat bibir atau mulut seorang gurunya ketika membacakannya.
Pentingnya pendidikan pada tahun-tahun awal kehidupan seseorang sudah diakui sejak zaman Plato. Sejak seorang bayi lahir, sel-sel otaknya berkembang secara luar biasa dengan membuat sambungan-sambungan antar sel. Proses inilah yang mungkin membentuk pengalaman yang akan dibawa seumur hidupnya.
Usia dini merupakan periode subur bagi perkembangan otak. Segala stimulasi akan merangsang perkembangan otaknya. Bahkan setelah mengadakan penelitian terhadap perkembangan anak, Dr. Manrique melihat nilai kecerdasan anak yang menerima stimulasi hingga enam tahun, terus semakin mengalami peningkatan. Sehingga semakin memperlebar kesenjangan kecerdasannya dibandingkan teman-teman sebayanya. Oleh karena itu, untuk dapat berkembang secara optimal otak anak perlu mendapatkan rangsangan dari lingkungannya.
Pembelajaran al-Qur'an sejak dini merupakan sarana pendidikan yang sangat efektif dalam rangka menanamkan perasaan keagamaan dan kecintaan terhadap al-Qur'an, yang pada akhirnya akan memperkokoh aqidah serta memperindah akhlakul karimah dan amaliah Qur'ani dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini banyak lembaga pendidikan yang melaksanakan pembelajaran al-Qur'an untuk anak-anak. Salah satunya lembaga tersebut adalah TK Islam An-Nisa Yayasan BKMT Kuala Tungkal yang telah melakukan pembelajaran membaca al-Qur'an dengan metode Qira’ati pada anak didiknya. Metode Qira’ati dinilai efektif dalam mengajarkan membaca al-Qur'an pada anak dari pada metode yang lain. Hal ini disebabkan karena metode Qira’ati menerapkan beberapa sistem, yaitu materi pengajaran dengan menggunakan modul, sesuai dengan kemampuan anak, langsung praktek secara mudah dan praktis bacaan yang bertajwid, serta gurunya ditashih (dites) dulu.
Di TK Islam An-Nisa yayasan BKMT, anak usia prasekolah (4-6 tahun) sudah diajari membaca al-Qur’an dengan metode Qira’ati. Dari latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian secara langsung di TK Islam BKMT An-Nisa Kuala Tungkal dengan judul: “Pembelajaran Membaca Al-Qur'an dengan Metode Qira’ati pada Anak di Taman Kanak-Kanak Islam An-Nisa Yayasan BKMT Kuala Tungkal”.

B. Pokok – Pokok Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran membaca al-Qur'an dengan metode Qira’ati pada anak di TK Islam An - Nisa Yayasan BKMT Kuala Tungkal.
2. Problem apa saja yang timbul dalam pelaksanaan pembelajaran membaca al-Qur'an dengan metode Qira’ati pada anak di TK Islam An - Nisa Yayasan BKMT Kuala Tungkal.
3. Solusi apa yang dilakukan untuk mengatasi problem yang timbul dalam pembelajaran membaca al-Qur'an dengan metode Qira’ati pada anak di Taman Kanak-Kanak Islam An-Nisa Yayasan BKMT Kuala Tungkal.


C. Batasan Masalah
Untuk menghindari kesalah penafsiran dari pengertian judul dan isi bahasan dalam penelitin ini, maka penulis merasa perlu memberikan batasan untuk mempertegas sasaran, maksud dan tujuan.
Penelitin ini penulis lakukan disebuah lembaga pendidikan sebelum usia sekolah lazimnya disebut pra sekolah, maka otomatis yang penulis masksudkan dalam penelitian ini adalah kepada anak-anak TK yang notabennya anak berusia antara 4 – 6 tahun dimana anak usia tersebut belum masanya untuk sekolah di tingkat dasar maka ia mengikuti pendidikan prasekolah atau sebelum sekolah.
Anak prasekolah terdiri dari kata “anak” yang berarti manusia yang masih kecil. Dan pra sekolah berarti jenjang (tingkat) sekolah sebelum sekolah dasar; taman kanak-kanak merupakan fase perkembangan individu sekitar 2-6 tahun. Dalam skripsi ini, yang penulis maksud anak prasekolah adalah anak TK Islam An-Nisa Yayasan BKMT Kuala Tungkal (usia 4-6 tahun). Dan pembahasannya hanya terhadap pembelajaran membaca al-Qur’an dengan menggunakan metode qira’ati.



D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
a. Ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran membaca al-Qur'an dengan metode Qira’ati pada anak di TK Islam An-Nisa Yayasan BKMT Kuala Tungkal.
b. Ingin mengetahui apa problem yang timbul dalam pelaksanaan pembelajaran membaca al-Qur'an dengan metode Qira’ati pada anak di TK Islam An-Nisa Yayasan BKMT Kuala Tungkal.
c. Ingin mengetahui Solusi apa yang dilakukan untuk mengatasi problem yang timbul dalam pembelajaran membaca al-Qur'an dengan metode Qira’ati pada anak di TK Islam An-Nisa Yayasan BKMT Kuala Tungkal.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran membaca al-Qur'an dengan metode Qira’ati pada anak di TK Islam TK Islam An-Nisa Yayasan BKMT Kuala Tungkal.
b. Untuk mengetahui apa problem yang timbul dalam pelaksanaan pembelajaran membaca al-Qur'an dengan metode Qira’ati pada anak di TK Islam TK Islam An-Nisa Yayasan BKMT Kuala Tungkal.
c. Untuk mengetahui Solusi apa yang dilakukan untuk mengatasi problem yang timbul dalam pembelajaran membaca al-Qur'an dengan metode Qira’ati pada anak di TK Islam An-Nisa Yayasan BKMT Kuala Tungkal.
d. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana strata satu dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam pada STAI An-nadwah Kuala Tungkal.

E. Kerangka Teori
Dewasa ini, berbagai pihak baik itu orang tua, masyarakat, maupun pemerintah semakin menyadari tentang pentingnya pendidikan anak sejak usia dini. Para pendidik mengatakan bahwa tahun-tahun awal masa kanak-kanak sebagai usia prasekolah. Anak usia ini dianggap mulai siap menghadapi tugas menjelang masuk sekolah. Karena itu, awal masa kanak-kanak baik di rumah maupun di lingkungan prasekolah merupakan masa persiapan.
Masa usia prasekolah merupakan masa yang menentukan bagi perkembangan anak pada tahapan selanjutnya. Dalam masa ini akan berada pada situasi peka untuk menerima rangsang dari luar. Selain itu anak prasekolah juga mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan suka meniru. Sehubungan dengan pemikiran tersebut, maka sudah seharusnya orang tua yang memiliki anak pada usia tersebut memberi perhatian yang lebih besar pada mereka.
1. Pengertian anak prasekolah.
Para ahli berbeda pendapat dalam memberikan pengertian anak prasekolah. Anak prasekolah adalah anak usia dari lahir sampai kira-kira umur 6 tahun. Menurut Abu Amr Ahmad Sulaiman dalam bukunya “Metode Pendidikan Anak Muslim Usia Pra sekolah”, menyatakan bahwa “pendidikan untuk anak muslim dalam masa kanak-kanaknya, masa sebelum sekolah (usia antara 3 tahun sampai 6 tahun) yang merupakan fase yang sangat pening dan serius”. Ada juga yang menyamakan anak prasekolah dengan anak balita yaitu bayi yang berumur dibawah 5 tahun. Secara umum, anak prasekolah adalah anak-anak yang belum duduk dibangku SD. Dalam skripsi ini yang penulis maksud dengan anak prasekolah adalah anak TK (usia 4-6 tahun).
2. Pembelajaran membaca pada anak prasekolah
Para ahli psikologi berbeda pendapat tentang mengajarkan membaca pada anak usia prasekolah. Ada yang membolehkan dan ada yang melarangnya.
Bahasa membaca adalah suatu fungsi otak, sama seperti bahasa lisan yang juga merupakan fungsi otak. Pada anak usia 5 tahun, perkembangan otaknya sudah mencapai 75% dari ukuran orang dewasa dan 90% pada usia 6 tahun. Karena itulah rangsangan belajar akan sangat efektif bila diberikan pada masa ini.
Saat yang tepat mengajari anak membaca, adalah pada saat anak memiliki kesiapan untuk membaca (reading readiness). Menurut teori kuno, umumnya anak memiliki kesiapan membaca pada usia 6 atau 6,5 tahun.
Menurut teori klasik beberapa akibat negatif akan timbul jika pembelajaran membaca dilaksanakan pada anak sebelum atau sesudah masa kesiapan. Apalagi kalau guru atau orang tua memaksakan kehendak pada saat anak menampakkan isyarat menolak. Tetapi ketentuan itu tidak sepenuhnya benar. Datangnya kesiapan membaca pada anak tidak harus ditunggu secara pasif. Kesiapan membaca dapat dirangsang dengan memberikan pengalaman pramembaca. Anak dikenalkan satu atau lebih bagian membaca seperti memperlihatkan buku atau sumber bacaan yang lain sehingga timbul ketertarikan yang kuat dalam diri anak untuk membaca.
Jika pengalaman pra membaca sudah diberikan sejak anak usia 2 tahun maka dapat diharapkan pada usia TK anak sudah mencapai saat tepat mengajarinya membaca sehingga pada usia 5 tahun atau kurang anak sudah lancar membaca. Sekurang-kurangnya anak mulai diajari membaca saat masih dibangku TK.
Dalam mengajarkan membaca pada anak prasekolah perlu diperhatikan beberapa prinsip pendidikan prasekolah antara lain:
1) TK merupakan salah satu bentuk awal pendidikan sekolah, untuk itu perlu diciptakan situasi pendidikan yang dapat memberikan rasa aman dan menyenangkan.
2) Masing-masing anak perlu mendapat perhatian yang bersifat individual, sesuai dengan kebutuhan anak usia prasekolah.
3) Perkembangan adalah hasil proses kematangan dan proses belajar.
4) Kegiatan belajar di TK adalah pembentukan perilaku melalui proses pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan sehari-hari.
5) Sifat kegiatan belajar di TK merupakan pengembangan kemampuan yang telah diperoleh dari rumah.
6) Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak didik.
Jadi dapat dipahami bahwa anak usia prasekolah boleh dan dapat diajari membaca, tetapi dengan menggunakan cara-cara yang menyenangkan yaitu dengan metode permainan yang sesuai dengan tahap perkembangannya. Dan bila anak menunjukkan isyarat menolak untuk diajari membaca, maka tidak boleh dipaksa.


3. Metodologi Pembelajaran Membaca Al-Qur’an.
Selama ini ada beberapa metode pembelajaran yang bisa mengantarkan seseorang dapat membaca al-Qur’an. Metode-metode tersebut antara lain:
a. Metode meniru (Thariiqah Musyaafahah).
Yaitu metode pembelajaran membaca al-Qur’an yang dimulai dengan meniru atau mengikuti bacaan seorang guru sampai hafal. Setelah itu diperkenalkan beberapa huruf beserta tanda baca dan harakatnya dari kata-kata atau kalimat yang dibacanya itu.
b. Metode sinthetik (Thariiqah Tarkiibiyyah).
Yaitu metode pembelajaran membaca al-Qur’an dimulai dari mengenali huruf hijaiyah, yang dimulai huruf. sampai dengan. baru diperkenalkan tanda baca atau harakat. Metode ini dapat dijumpai dalam tuntunan membaca al-Qur’an yang termuat dalam “Turutan” atau biasa disebut cara “Baghdadiyyah”.
c. Metode mengenalkan cara membaca al-Qur’an yang sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
Yaitu metode pembelajaran al-Qur’an diawali dengan mengenalkan huruf tanpa dieja. Dengan kata lain mengajarkan membaca huruf-huruf atau kata-kata Arab yang sudah bersyakal dalam al-Qur’an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Metode ini diperkenalkan oleh metode Qira’ati dan Iqra’. Tujuan yang ingin dicapai Qira’ati adalah agar penggunanya dapat membaca dengan tartil.
d. Metode bunyi (Thariiqah Shautiyyah).
Metode ini tidak dimulai dengan memperkenalkan huruf-huruf hijaiyah, tetapi memperkenalkan bunyi huruf-hurufnya yang sudah diharakati atau bersyakal seperti A, BA, TA dan seterusnya. Ada juga yang memaparkan contoh semisal “MA TA” (mim fathah, ta’ fathah) lalu disertai gambar “mata”. Dari bunyi-bunyi huruf inilah nantinya dirangkai dalam bentuk kalimat yang teratur.
Metode ini biasanya dipakai untuk mengantarkan seseorang agar dapat membaca kalimat-kalimat dalam bahasa Arab. Ada pula yang bagian depannya seakan-akan mengarah ke bahasa Arab, namun pada bagian tengah sudah diperkenankan potongan-potongan ayat. Dalam metode ini ada kesan agak sukar karena tidak dipersiapkan sejak awal untuk mengenal al-Qur’an meskipun juga bahasa Arab.
4. Komponen-Komponen Pembelajaran Membaca Al-Qur’an
Untuk menciptakan proses belajar mengajar yang lebih optimal, maka diperlukan komponen-komponen yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain, yaitu:
a) Tujuan pembelajaran
Tujuan dalam proses belajar mengajar merupakan komponen pertama yang harus ditetapkan yang berfungsi sebagai indikator keberhasilan pengajaran. Dalam tujuan ini terhimpun sejumlah norma yang akan ditanamkan dalam anak didik. Sehingga berhasil atau tidaknya tujuan pembelajaran dapat diketahui dari penguasaan anak didik terhadap bahan yang diberikan selama proses belajar mengajar berlangsung.
b) Bahan pelajaran (materi)
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Hendaknya bahan pelajaran disesuaikan dengan kondisi tingkatan murid yang akan menerima pelajaran.
c) Metode
Metode adalah suatu cara yang sistematis yang digunakan untuk mencapai tujuan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
d) Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mengajar agar pengajaran dapat berlangsung. Alat in iada yang daapa dipergunakan untuk semua mata pelajaran ada pula yang hanya untuk satu jam pelajaran saja, yang bias disebut alat peraga. Ada dua macam alat dalam pembelajaran, yaitu alat material yang meliputi papan tulis, gambar, video dan sebagainya serta alat non material berupa perintah, larangan, nasehat dan lain-lain.
e) Evaluasi
Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Evaluasi dilakukan untuk melihat sejauh mana bahan yang telah disampaikan kepada siswa dengan metode tertentu dan sarana yang ada, dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
5. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar ditempuh melalui tiga langkah, yaitu: perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
a) Perencanaan mengajar.
Menurut Menurut Nana Sudjana perencanaan pembelajaran adalah memperkirakan (memproyeksikan) mengenai tindakan apa yang akan dilakukan pada waktu melaksanakan pengajaran. Setiap kegiatan belajar mengajar menuntut dipersiapkan masing-masing komponennya (tujuan instruksional, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan evaluasi) agar terjadi proses belajar mengajar yang optimal dan tujuan yang dikehendaki tercapai.
Persiapan merupakan antisipasi, rancangan dan perkiraan tentang apa yang akan dilakukan dalam setiap pengajaran yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan yang dikehendaki.
Tahapan pengelolaan dan pelaksanaan proses belajar mengajar dapat diperinci sebagai berikut:
- Menetapkan apa yang mau dilakukan kapan dan bagaimana melakukannya.
- Membatsi sasaran dan menetapkan pelaksanaan kerja untuk mencapai hasil yang maksimal melalui proses penentuan target.
- Mengembangkan alternative-alternatif
- Mengumpulkan dan menganalisisn informasi
- Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana dari keputusan-keputusan.
b) Pelaksanaan Mengajar.
Proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar membaca al-Qur’an ditempuh dengan langkah-langkah:
1) Kata-kata pendahuluan dari guru untuk menenangkan murid, menertibkan segala sesuatu di dalam kelas, menarik minat dan perhatian murid kepada pelajaran serta pentingnya dan keuntungannya pandai membaca al-Qur’an baik bagi diri sendiri maupun masyarakat Islam pada umumnya.
2) Memulai pelajaran dengan membaca basmallah bersama-sama secara nyaring serta dicamkan didalam hati, semoga mendapat berkah Allah dan rahmat-Nya, taufiq dan hidayah-Nya didalam pembelajaran.
3) Guru mengadakan apersepsi dan pretest. Apersepsi yaitu menanyakan kepada siswa tentang pokok-pokok materi pelajaran yang lalu untuk menyegarkan kembali ingatan mereka dan menghubungkannya dengan pelajaran hari ini. Sedangkan pretest adalah test yang diberikan sebelum pelajaran dimulai dan bertujuan untuk mengetahui sampai dimana penguasaan peserta didik terhadap bahan pengajaran yang akan diajarkan.
4) Hal-hal pokok yang paling dasar dan terpenting yang diajarkan oleh guru adalah bahwa murid perlu mengenal dan betul-betul tahu dengan huruf al-Qur’an untuk itu pertama kali harus diajarkan bentuk huruf-huruf tersebut alif sampai ya’ termasuk tanda-tanda baris, tanda sukun, tanda tasydid, alif lam, bentukbentuk tanda panjang dan sebagainya, dengan memakai metode yang baik dan sistematis sehingga menarik minat anak-anak dan disukai oleh mereka, jangan sampai menyulitkan mereka.
5) Guru membaca dengan tenang dan jelas, lalu diikuti oleh murid-murid yang terpandai membaca dan diikuti oleh yang lain bersama-sama. Bacaan-bacaan yang salah segera diperbaiki oleh guru. Yang perlu diingatkan kepada murid adalah tidak boleh lupa tiap-tiap huruf itu. Murid-murid juga dilatih menulis huruf-huruf tersebut di papan tulis serta pada buku tulis masing-masing murid.
6) Mengajarkan huruf-huruf al-Qur’an memerlukan beberapa kali belajar sampai murid-murid dapat membaca dengan lancar.
7) Latihan-latihan membaca al-Qur’an itu mula-mula bersama-sama dengan dipimpin guru, kemudian dipimpin oleh murid yang pandai satu demi satu yang diikuti oleh murid lain secara bersamasama. Sampai akhirnya semua murid membaca satu persatu dihadapan gurunya (tahap individual atau privat) dan pada saat itu guru sekaligus mengadakan penilaian terhadap bacaan murid.
8) Sebagai penutup, beri nasehat-nasehat singkat dan diakhiri dengan mengucapkan hamdalah.
6. Metode Qira’ati.
Salah satu metode pembelajaran membaca al-Qur'an adalah metode Qira’ati. Metode Qira’ati ini merupakan salah satu bentuk metode ketiga dari metodologi pembelajaran membaca al-Qur'an yaitu metode mengenalkan cara membaca al-Qur’an yang sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
Yang dimaksud dengan metode Qira’ati adalah metode pengajaran membaca al-Qur’an dengan bunyi huruf-huruf hijaiyah yang sudah berharakat (tanda baca). Dalam pelajaran ini, anak tidak boleh mengeja tapi langsung membaca bunyi huruf yang berharakat tersebut. Sejak awal anak dituntut membaca dengan lancar yaitu: cepat, tepat dan benar. Dalam metode Qira’ati ini, setiap contoh bacaannya diambil dari kalimat-kalimat yang ada dalam al-Qur’an dan juga kalimat-kalimat dalam bahasa Arab.
Selain itu, Metode Qira’ati mempunyai dua prinsip dasar yang diperuntukkan bagi guru dan murid, yaitu:
1. Prinsip dasar bagi guru (pengajar).
a) DAK-TUN (tidak boleh menuntun). Dalam mengajarkan buku Qira’ati, guru tidak diperbolehkan menuntun namun hanya diperbolehkan membimbing.
b) TI-WAS-GAS (teliti-waspada-tegas)
2. Prinsip dasar bagi murid.
a) CBSA + M (cara belajar siswa aktif dan mandiri). Dalam belajar membaca al-Qur’an, murid sangat dituntut keaktifannya dan kemandiriannya. Sedangkan guru hanya sebagai pembimbing dan motivator.
b) LCTB (Lancar: Cepat, Tepat dan Benar).
Selain prinsip metode Qira’ati ada mempunyai beberapa strategi dalam mengajarkan membaca al-Qur’an dengan metode Qira’ati, yaitu:
1. Sorogan/individual/privat.
Adalah proses belajar mengajar yang dilakukan dengan cara satu persatu (secara individual) sesuai dengan materi pelajaran yang dipelajari atau dikuasai murid. Pada waktu menunggu giliran belajar secara individu, murid yang lain diberi tugas menulis atau yang lainnya.
2. Klasikal-individual.
Klasikal artinya semua murid dalam waktu yang sama melakukan kegiatan belajar yang sama. Dengan demikian, strategi mengajar klasikal individual adalah proses belajar mengajar yang dilakukan dengan cara sebagian waktu untuk klasikal sebagian waktu yang lain untuk mengajar individu.
3. Klasikal baca simak.
Strategi mengajar baca simak yaitu proses belajar mengajar yang dilakukan dengan cara sebagian waktu untuk membaca bersamasama (klasikal) dan sebagian waktu yang lainnya untuk membaca secara individu atau kelompok sedangkan murid yang lainnya menyimak.




F. Depenisi Operasional
Untuk menghindari agar tidak terjadi kesalahpahaman dan salah penafsiran dari judul penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang dianggap penting, yaitu:
1. Pembelajaran
Menurut E. Mulyasa, pembelajaran adalah proses interaksi, antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.
2. Membaca
Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dengan hati), dapat juga diartikan mengeja atau melafalkan apa yang ditulis. Bond (1975) mengemukakan bahwa membaca merupakan pengenalan symbol-simbol bahasa tulis yang merupakan stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca, untuk membangun suatu pengertian melalui pengalaman yangtelah dimiliki.

3. Al-Qur'an
Al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam. Al-Qur’an adalah kalam Allah yang tiada tandingnnya (mukjizat), yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., penutup para Nabi dan Rasul dengan perantara Malaikat Jibril as, yang dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nash, dan ditulis dalam mushaf-mushaf yang disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta mempelajarinya merupakan suatu ibadah. Jadi yang penulis maksudkan dengan pembelajaran membaca al-Qur'an adalah kondisi yang diciptakan pendidik agar peserta didik melakukan kegiatan belajar membaca al-Qur'an.
4. Metode Qira’ati
Metode Qira’ati adalah metode pengajaran membaca al-Qur'an dengan bunyi bacaan huruf-huruf hijaiyah yang sudah berharakat (tanda baca). Dalam pelajaran ini anak tidak boleh mengeja, tetapi langsung membaca bunyi huruf-huruf yang sudah berharakat tersebut. Sejak awal anak sudah diharuskan dan dituntut membaca dengan lancar yaitu cepat, tepat dan benar.
5. TK Islam An-Nisa Yayasan BKMT
Taman Kanak-kanak (TK) Islam An-Nisa Yayasan BKMT adalah salah satu lembaga pendidikan Islam yang terletak di Jalan Beringin Lorong Hikmah berdekatan dengan masjid Nurul Iman Kuala Tungkal.
Jadi yang dimaksud penulis dengan pembelajaran membaca al-Qur'an dengan metode Qira’ati pada anak di TK Islam An-Nisa Yayasan BKMT Kuala Tungkal adalah kondisi yang diciptakan pendidik agar peserta didik melakukan kegiatan belajar membaca al-Qur'an, dengan metode langsung membaca bunyi huruf-huruf yang sudah berharakat, pada anak usia 4-6 tahun di TK Islam An-Nisa Yayasan BKMT Kuala Tungkal.

Comments (0)

Posting Komentar